Hubungan dekat antara manusia dan anjing biasanya dipengaruhi oleh sejarah kehidupan keduanya. Namun para ahli justru mengaku bahwa analisis secara genetik mengenai hubungan anjing dan manusia tersebut cukup susah dilakukan, terlebih jika mereka berusaha menilik lebih jauh asal-usul anjing.

"Ada sebuah sisi ironi di sini, karena kita begitu mencintai mereka (anjing) dan membuat kita kesulitan memahami asal-usul mereka," ungkap salah satu peneliti Greger Larson dari University of Durham, seperti yang dikutip dari Live Science.

Anjing dianggap sebagai jenis hewan peliharaan pertama yang berhasil menjalin hubungan dekat dengan manusia. Akan tetapi, pertanyaan mengenai berapa kali mereka telah dipelihara, atau berapa banyak populasi serigala yang berkontribusi pada populasi anjing di seluruh dunia belum juga terjawab.

Melalui data genetik selama ini, para ahli tidak mungkin menganalisis apa yang terjadi pada anjing pada 150 tahun yang lalu. Bahkan sejarah anjing selama 15.000 tahun silam pun dinilai sebagai "kekacauan besar yang buram". Hal ini diduga karena beberapa anjing dikembangbiakkan sesuai dengan kebutuhan manusia, sementara yang lain hidup liar tanpa aturan. Selain itu, cara manusia menyebarkan keberadaan anjing ke seluruh dunia juga sulit untuk diselidiki.

Studi yang telah dilaporkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pun menyebutkan beberapa peranakan anjing modern, misalnya Akitas, Afghan hounds, Chinese Shar-Peis, Basenjis, dan Salukis sepertinya memiliki nenek moyang yang lebih tua. Meskipun demikian, beberapa anjing dari zaman purbakala pun seolah menghilang tanpa jejak setelah anjing-anjing modern muncul mulai pertengahan abad ke-19.

Namun para ahli tetap optimis untuk mengembangkan teknologi demi analisis fosil atau anatomi anjing agar seluruh pertanyaan yang kini masih menjadi misteri bisa sepenuhnya terjawab. (Agayabak/Live Science)