7 Atlet Sakit Pantang Menyerah di Olimpiade 2012
1:25 AM
Atlet olimpiade selalu dielu-elukan karena raihan medali atau pemecahan rekor dunia yang memberikan inspirasi bagi banyak orang. Namun mungkin tak banyak yang tahu, ada sejumlah atlet yang harus berjuang mati-matian sebelum akhirnya bisa naik ke podium.
Sebagian besar tantangan yang dihadapi para atlet ini justru berasal dari masalah kesehatannya sendiri. Meski begitu para atlet ini membuktikan bahwa kondisi itu tak menyurutkan semangat juang dan kecintaan mereka pada olahraga yang ditekuninya selama ini.
Untuk lebih jelasnya, simak kisah sejumlah atlet yang berlaga di Olimpiade London 2012 setelah berhasil mengatasi masalah kesehatannya seperti dilansir dari huffingtonpost, berikut ini:
1. Eric Shanteau
Saat berusia 24 tahun, seminggu sebelum Percobaan Olimpiade untuk Olimpiade Beijing 2008, perenang AS ini didiagnosis menderita kanker testis. Shanteau pun mengaku diagnosis ini cukup menghancurkan semangat hidupnya.
Namun ternyata Shanteau sanggup menunda pengobatan hingga rampung berkompetisi di Beijing lalu setelah menjalani operasi untuk pengangkatan tumor pada bulan Agustus 2008, ia dinyatakan bebas kanker dan bisa kembali berkompetisi di London.
Sebagai ungkapan terima kasih, Shanteau banyak terlibat dalam kegiatan amal dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap penderita kanker.
Salah satu kampanye yang diikutinya bertajuk Swim For Your Life yang sejauh ini telah berjalan selama tiga tahun. Seluruh keuntungan dari program ini sendiri disumbangkan ke Lance Armstrong Foundation.
2. Dana Vollmer
Di London, perenang asal AS ini baru saja dinobatkan sebagai wanita pertama yang memecahkan rekor renang gaya kupu-kupu nomor 100 meter dalam waktu kurang dari 56 detik.
Namun tahukah Anda saat Vollmer masih berusia 15 tahun ia didiagnosis mengidap long QT syndrome (LQTS)? LQTS merupakan kelainan pada irama jantung yang berpotensi menyebabkan serangan jantung.
Berbeda dengan atlet lain yang mengalami kondisi serupa lalu harus absen dari pertandingan, Vollmer tetap diperbolehkan untuk berenang dengan didampingi alat bantu yang bernama defibrilator eksternal otomatis yang harus selalu ada di dekatnya.
Belakangan kondisi jantung Vollmer semakin membaik. Dokter mengaku tak lagi menemukan gejala-gejala sindrom yang menyerang Vollmer sejak remaja itu. "Luar biasa, aku dinyatakan sehat dan bisa menikmati olahraga yang kucintai ini lagi," kata Vollmer.
Bersama ibunya Cathy, Vollmer pun menjadi sukarelawan American Heart Association untuk memberikan pidato dan tampil dalam acara-acara kampanye peningkatan kesadaran dan kepedulian terhadap penderita penyakit jantung.
3. Jake Gibb
Awalnya pemain bola voli pantai AS ini divonis memiliki kadar hormon abnormal, namun ternyata belakangan baru diketahui jika penyebabnya adalah Gibb mengidap kanker testis.
Beruntung tim dokter berhasil mengangkat tumornya sehingga Gibb tak memerlukan kemoterapi dan bisa kembali ke pantai untuk berlatih menuju Olimpiade London 2012 dimana ia dan partnernya, Sean Rosenthal akan kembali berlaga.
"Saya baru menyadari jika hal yang paling berharga adalah kesehatan dan keluarga," ungkapnya dalam situs resminya.
4. Carrie Johnson
Pada tahun 2003, ketika untuk pertama kalinya Johnson mengikuti pelatihan untuk olimpiade pertamanya, atlet kayak AS ini tengah berjuang melawan gejala sakit yang ada pada perutnya.
"Kondisi ini dimulai dengan kelelahan dan gejala gastrointestinal yang semakin lama semakin memburuk," ujar Johnson. Enam bulan kemudian Johnson didiagnosis menderita penyakit Crohn atau peradangan kronis pada usus.
Johnson sempat menjalani berbagai percobaan pengobatan namun bersamaan dengan proses tersebut, ia masih bisa berlaga di Olimpiade 2004 dan 2008.
Johnson pun dipastikan akan tampil di Olimpiade London 2012 untuk cabang kayak nomor 200 meter dan 500 meter.
Masalah kesehatannya ini justru memberinya perspektif khusus. "Tak melakukan apa-apa di waktu luang membuat saya menyadari betapa saya ingin melakukan olahraga yang saya sukai. Kini jika saya berlatih dengan buruk atau merasa hari saya buruk maka saya pun akan memberikan apresiasi ekstra pada diri saya sendiri," tandasnya.
5. Venus Williams
Pada tahun 2011, kakak petenis Serena Williams ini didiagnosis dengan sindrom Sjögren, suatu gangguan autoimun yang menyebabkan kelelahan serta nyeri otot dan sendi hingga harus memaksanya rehat dari tenis untuk sejenak.
"Kondisi kelelahannya sangat sulit untuk dijelaskan kecuali Anda merasakannya sendiri. Pada pagi-pagi tertentu saya benar-benar merasa kesakitan seperti ketika Anda tak mendapatkan jam tidur yang cukup atau menderita flu. Semakin saya mencoba untuk memaksakannya, kelelahannya semakin kuat terasa," kata Williams pasca mendapatkan diagnosis tersebut.
Beruntung kondisi itu bisa diatasi dan Williams merasa seperti kembali muda lagi. Williams pun berlaga di Olimpiade London 2012 hingga ke putaran ketiga sebelum akhirnya harus kalah dari Angelique Kerber dari Jerman.
6. Phil Dalhausser
Bulan Juni 2012, peraih medali emas untuk cabang bola voli pantai dari AS ini sempat menghabiskan waktu tiga hari di rumah sakit dan mengonsumsi obat-obatan pengencer darah selama 3 bulan setelah ditemukan adanya dua gumpalan darah dalam tubuhnya.
Gumpalan darah terbentuk di dalam pembuluh vena bagian dalam yang dapat menghambat aliran darah sehingga bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke.
Berkat pengobatan itu, Dalhausser dan rekannya, Todd Rogers bisa melanjutkan kompetisi di London dan bersiap menyabet medali emas dalam rangka mengulangi kesuksesan mereka di Beijing.
7. Paula Radcliffe
Radcliffe mungkin pemegang rekor dunia untuk cabang lari marathon, namun ia tak pernah sekalipun memenangkan medali dalam empat olimpiade yang diikutinya. Ia sempat divonis kurang fit akibat cedera kaki namun hal itu tak menghalanginya bertanding di Olimpiade London 2012.
Radcliffe juga terus berlari meski mengidap masalah kesehatan lain yang dimilikinya sejak remaja yaitu asma.
"Saya selalu menggunakan inhaler sebelum dan sesudah berlari. Saya juga ekstra hati-hati saat merasa kedinginan karena itu dapat membuat gejala asmanya semakin parah. Asma takkan bisa menghentikan saya melakukan apa yang saya sukai," terangnya.
Meskipun kondisi ini membuat atlit cenderung mengalami kesulitan saat berkompetisi, sekitar 8 persen atlet olimpiade juga diketahui mengidap asma. Bahkan menurut studi terbaru, asma merupakan penyakit kronis yang paling banyak ditemukan pada atlet-atlet dunia ini. (Agayabak/London2012/wiki/huffingtonpost)
0 comments
yuk.. tinggalkan komentar kamu disini.,