Butuh Obat, Print Aja

3:23 PM



Di masa depan, keberadaan apotek mungkin tak lagi diperlukan sebab obat dapat diracik sendiri di rumah. Bukan berarti semua orang tiba-tiba bisa menjadi apoteker, namun obat-obatan dapat dibuat secara mandiri tanpa menggunakan peralatan laboratorium, melainkan sebuah printer.

Profesor Lee Cronin dari Glasgow University mengemukakan bahwa kebanyakan obat dibuat dari kombinasi karbon, hidrogen dan oksigen. Dengan demikian, suatu printer dengan 'tinta' yang terbuat dari molekul organik akan dapat membuat obat yang sama.

Dengan konsep ini, profesor Cronin bersama timnya berupaya membuat printer 3D untuk mencetak obat yang relatif sederhana seperti Ibuprofen. Upaya ini dapat merevolusi dunia kefarmasian. Akibat idenya yang luar biasa ini, Prof Cronin dinobatkan sebagai 'one man catalyst' oleh harian The Guardian di Inggris.

"Saya hanya ingin mendapatkan barang-barang dengan cepat. Jika sedang bercanda, saya akan mengatakan bahwa untuk mendapatkan tinta tersebut, maka kita harus melihat tabel periodik unsur yang berisi karbon, hidrogen, oksigen dan sebagainya. Tapi jelas tidak semua zat itu bisa ditangani dengan baik sehingga masalahnya menjadi sedikit lebih kompleks," kata prof Cronin seperti dilansir Daily Mail.

Prof Cronin memberi contoh, jika ingin membuat gula, maka terlebih dahulu akan dimulai dengan menentukan gula dasar dan mencampurnya bersama-sama. Ketika membuat molekul kompleks dengan cara tradisional lewat tabung uji dan termos, pembuatannya juga dimulai dengan sejumlah kecil molekul sederhana.

Dengan printer 3D ciptaannya, maka pembuatan molekul organik bisa dilakukan dengan sejumlah 'tinta kimia' yang relatif sedikit.

Prof Cronin berhasil membuat prototype printer 3D seharga 1.200 poundsterling atau sekitar RP 17,5 juta dan menggunakan lapisan penutup anti air atau bathroom sealant sebagai bahan dasar untuk mencetak bahan kimia.

Printernya ini dapat menyuntikkan sejumlah molekul dalam tabung mikro secara tepat ke dalam cetakan. 'Tinta kimia' dalam printer kemudian bereaksi dan mencetak obat seperti yang diinginkan.

Di masa depan, siapa pun yang memiliki printer ini bisa mengunduh cetak biru sebuah obat dan mencetak obat apa pun yang dibutuhkan.

"Bayangkan printer seperti lemari es yang penuh dengan semua bahan yang dibutuhkan saat membuat hidangan dalam buku resep. Anda memiliki semua bahan dan dapat mengikuti resep yang disediakan oleh perusahaan obat," kata Prof Cronin.

Perusahaan obat akan membuktikan kemujaraban resep obatnya di laboratorium milik perusahaan. Ketika pemilik printer mengunduh cetak biru dari obat, maka software akan memungkinkan printer membaca resep obat yang dibuat oleh perusahaan.

Menurut prof Cronin, nilai lebih yang dimiliki perusahaan adalah pada resep obatnya, bukan dalam proses pembuatan obat. Maka pada dasarnya yang dijual adalah aplikasi obat.

Ketika ditanya kapankah mesin pencetak obat ini bisa segera diproduksi, prof Cronin menegaskan bahwa mesinnya dapat segera diluncurkan.

"Tidak ada alasan sama sekali terkait pendanaan. Kenapa semuanya tidak bisa terjadi dengan segera? Selain mengubah industri dan menghasilkan uang, kita bisa hidup hemat. Mengapa harus menunggu?" kata prof Cronin. (Agayabak/dailymail)

You Might Also Like

0 comments

yuk.. tinggalkan komentar kamu disini.,

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Instagram

Subscribe